PROPAGANDA PEMERINTAH DAN PEMBANGUNAN “FIKTIF” DI PAPUA MELALUI MEDIA
PROPAGANDA PEMERINTAH DAN
PEMBANGUNAN “FIKTIF” DI PAPUA MELALUI MEDIA
@istockphoto: ilustrasi propaganda media |
Opini
Oleh: Oseii Ptg
Pengertian dan sejarah Propaganda
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
propaganda adalah penerangan atau paham, pendapat, dan sebagainya, benar atau salah,
yang dikembangkan untuk tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu sikap,
aliran, atau arah tindakan tertentu. Selain itu menurut Ralph D. Casey
propaganda adalah suatu bentuk usaha yang akan dilakukan secara sadar dan
sengaja untuk menetapkan suatu sikap dan mengubah pendapat yang berkaitan
dengan doktrin atau program dari pihak lain. Ini adalah tindakan dari berbagai
lembaga komunikasi untuk menyebarkan fakta dalam semangat kejujuran dan
objektivitas. Sementara itu, Bernays menyebut bahwa pengertian propaganda
sebagai usaha yang bersifat konsisten dan secara terus-menerus agar bisa
membentuk dan menciptakan berbagai peristiwa yang bertujuan mempengaruhi suatu
hubungan publik dengan kelompok atau penguasa. Sementara Menurut Onong Uchjana
Effendy, propaganda adalah suatu bentuk komunikasi secara terencana,
sistematis, dan berulang agar mempengaruhi seseorang, khalayak, atau bangsa
agar mereka melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran sendiri, tanpa paksaan
atau dipaksa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dari beberapa
pengertian para ahli diatas bahwa, propaganda adalah ketika suatu lembaga atau
pemerintah dengan sengaja menyebarkan atau mempublikasikan suatu pencapaian
baik yang terlaksana maupun yang belum terlaksana dengan berbagai media yang
ada dengan tujuan agar orang orang
percaya bahwa apa yang suatu lembaga atau pemerintah janjikan dijalankan dengan
baik, yang nantinya kondisi ini akan menyebabkan mereka akan percaya tanpa
mengetahui fakta yang terjadi di lapangan.
Sejarah
propaganda
Seperti yang penulis kutip dari penulis Noah Chomsky dalam bukunya Politik Kuasa
Media, bahwa awal sejarah munculnya
propaganda dapat dimulai dengan membahas operasi propaganda pertama yang
dilakukan pemerintahan modern, yaitu pemerintahan Wodrow Wilson Dia memenangkan
pemilihan presiden tahun 1916 dengan platform "Perdamaian Tanpa
Penaklukan". Itu terjadi ditengah berkecamuknya Perang Dunia I. Rakyat
Amerika waktu itu sangat anti-perang dan
merasa tak ada alasan untuk terlibat dalam 'Perang Eropa yang sedang berkecamuk.
Padahal pemerintahan Wilson sebenarnya terlibat dan punya andil dalam perang
itu. Mereka kemudian membentuk komisi propaganda resmi pemerintah, Creel
Committee. Komisi ini meraih kesuksesan, dalam waktu 6 bulan mereka berhasil mengubah
populasi anti-perang itu menjadi massa yang histeris dan haus perang, yang
bernafsu untuk menghancurkan semua yang berbau Jerman. Mereka ingin segera
terjun ke medan tempur dan menyelamatkan
dunia. Sebuah keberhasilan yang spektakuler dan membuka jalan untuk kesuksesan
selanjutnya.
Mulai saat itu dan setelah perang, teknik yang
sama digunakan untuk membangkitkan
histeria ketakutan terhadap komunisme (Red Scare), yang juga mencapai
keberhasilan dalam menghancurkan serikat-serikat buruh, dan menghapus ancaman-ancaman
sejenis seperti kebebasan pers dan pemikiran politik. Ini tercapai dengan dukungan
media dan kalangan bisnis yang merancang dan mendesakkan pengoperasiannya.
Di antara mereka yang secara aktif dan antusias
terlibat dalam perang Wilson' ini adalah kaum intelektual progresif,
orang-orang yang berada dalam lingkaran John Dewey. Mereka menepuk dada lewat
tulisan-tulisan, melukiskan bahwa mereka adalah anggota masyarakat yang lebih
intelek, yang dapat membuat massa anti perang berputar haluan untuk melibat-
kan diri di medan perang dengan menakut-nakuti dan membangkitkan fanatisme
kebangsaan yang berlebih-lebihan. Alat yang mereka gunakan bermacam-macam.
Misalnya dengan menghembuskan desas-desus tentang kekejaman bangsa Jerman
(Hun), dan anak-anak Belgia tanpa lengan. Cerita-cerita mengerikan yang
jejaknya masih dapat kita lacak di buku-buku sejarah. Kebanyakan cerita-cerita
itu dibuat oleh kementerian propaganda Inggris yang mempunyai keinginan
tersembunyi untuk "mengatur pemikiran dunia". Namun yang sebenarnya
krusial di balik itu, mereka ingin mengontrol pemikiran masyarakat intelek
Amerika, yang kemudian akan merembeskan propaganda Inggris dan mengubah
masyarakat anti-perang itu menjadi masyarakat yang tersihir oleh histeria masa
perang. Dan usaha ini sangat berhasil. Dari sinilah satu pelajaran ditarik
adalah: Propaganda pemerintah, jika didukung oleh kelas berpendidikan dan tak
terjadi penyimpangan, maka pengaruhnya akan sangat besar. Ini juga dipelajari
oleh Hitler dan masih banyak lagi, hingga cara-cara itu terus berjalan hingga
kini.
Propaganda
pembangunan dan peran media di tanah
Papua
Pemerintah pusat dalam hal ini Jakarta saat ini
sedang membangun citra ( image) bahwasanya pembangunan yang saat ini mereka
lakukan di seluruh tanah Papua sudah setara dengan pembangunan yang mereka
bangun di seluruh pelosok negeri di
Indonesia, berbagai citra ini mereka lakukan atau bangun dengan berbagai cara
salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan membangun citra melalui
platform media yang mereka gunakan, media yang pemerintah Indonesia gunakan
adalah melalui TV, Instagram, Facebook, Twitter dan berbagai media yang ada.
Dengan berbagai citra yang mereka bangun lewat media ini, pemerintah Indonesia
bisa dibilang berhasil membangun citra
kepada orang orang diluar Papua baik yang dalam negeri maupun luar negeri
bahswasanya Papua yang dulunya dianggap sebagai anak tiri di Indonesia kini
seperti anak kandung lewat berbagai program program pembangungan yang
pemerintah jalankan di tanah Papua. dalam hal ini memang harus diakui
bahwasanya dibawah pemerintahan Jokowi selama 10 tahun banyak sekali program
dan terobosan terobosan yang mereka lakukan untuk pembangunan di tanah Papua
salah satunya adalah jalan Trans Papua yang tidak lama lagi akan menghubungkan
seluruh tanah Papua. Seperti di kutip dari Tribunnews, Bahkan pada kisaran tahun 2019 hingga 2021 Investigasi
gabungan BBC dan Australian Strategic Policy Institute (ASPI) menemukan keberadaan
jaringan bot dan informasi palsu dalam menyebarkan "propaganda"
mengenai isu Papua. Melalui investigasi selama dua bulan, terungkap
bahwa jaringan ratusan akun di media sosial, perusahaan, dan individu ini
terkait dengan kampanye terorganisir dan berbiaya miliaran rupiah. Cara ini
sengaja digunakan oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan mereka tidak lain adalah untuk
mempengaruhi opini publik baik itu nasional maupun internasional mengenai isu
isu tentang Papua, cara cara seperti ini akan mudah dipercaya oleh public karena
tidak adanya akses luas kepada media media independen yang memberitakan kondisi
di tanah Papua tanpa adanya intervensi dari pihak pihak pemerintah. Hal ini
karena pemerintah Indonesia melarang media media independen yang berbasis
internasional untuk masuk ke tanah Papua.
Pengaruh yang timbulkan oleh buzzer buzzer
bayaran pemerintah untuk mengkampanyekan pembangunan fiktif di Papua ini
menurut saya hingga saat ini mereka telah mencapai sukses besar, hal ini karena
pengalaman pribadi yang saya alami, contohnya adalah ketika kami mengobrol
dengan orang orang luar Papua, pertanyaan maupun pernyataan mereka saat
mengobrol dengan kami adalah “ Papua sekarang bukan anak tiri lagi di Indonesia,
pembangunan di Papua sekarang sudah merata seperti daerah lain di Indonesia,
Papua sudah ada jalan tol dan lain sebagainya” , ketika mendengar kalimat
seperti yang mereka sampaikan bahwa informasi yang mereka sampaikan mereka
lihat lewat berbagai media media yang ada seperti TV, IG, FACEBOOK, dan
berbagai media platform lainnya. Bahkan kalimat kalimat diatas masih banyak
ditanyakan oleh orang orang terpelajar yang harusnya dengan jeli melihat
berbagai informasi yang mereka terima. Dengan melihat dan mendengar pernyataan
diatas maka saya berani bilang bahwasanya strategi yang dijalankan pemerintah
untuk mengkampanyekan pembangunan “ fiktif” di Papua menuai sukses yang besar. Biasanya
postingan postingan yang di posting oleh buzzer buzzer itu beragam dengan
berbagai narasi narasi yang tidak masuk akal, bahkan beberapa waktu lalu salah
satu akun anonim memposting sebuah video yang membandingkan salah satu ruas
jalan di pedalaman Papua dengan ruas jalan di Jayapura tepatnya adalah ruas
jalan di dekat pantai base G dengan narasi Papua sebelum pemerintahan Jokowi
dan Papua setelah Jokowi, bahkan masih banyak lagi narasi narasi yang mereka
gunakan untuk memperngaruhi opini publik agar Papua terlihat seperi daerah
lainnya di Indonesia. Padahal fakta di lapangan adalah banyak sekali daerah
daerah di Papua sampai saat ini belum tersentuh pembangunan, pembangunan yang
dilakukan hanya dalam kota kota besar, akses dari daerah pedalaman ke kota
masih susah dan tidak banyak perubahan yang dilakukan, banyak sekali masyarakat
yang mengelukan pembangunan yang dilakukan kerena dari dulu hingga saat ini
tidak banyak perubahan yang dilakukan walaupun Indonesia sudah beberapa kali
berganti kepemimpinan, akibatnya banyak sekali perekonomian yang terhambat karena
masyarakat setelah panen dan sebainya tidak bisa langsung menjual baramg
dagangan mereka karena akses jalan dan sebagainya yang masih sulit. Bahkan menurut
saya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah adalah mereka melakukan
pembangungan di daerah yang ada sumber daya alamnya melimpah saja tanpa melihat
daerah yang harusnya didahulukan dulu seperti pembangunan di daerah daerah
pedalaman yang padat penduduk, dengan model pembangunan seperti ini juga
memunculkan berbagai anggapan dan kecurigaan dari masyarakat bahwa pemerintah
melakukan pembangunan di daerah yang sumber daya banyak dengan tujuan agar
mereka gampang melakukan eksplor sumber daya alam dan memudahkan mereka untuk
mengambil keuntungan sebanyak sebanyaknya dari daerah daerah yang kaya akan
sumber daya alam dengan melupakan objek mana yang harusnya didahulukan untuk
melakukan pembangunan.
Dengan berbagai propaganda yang dilakukan oleh
pemerintah ini saya jadi teringkat dengan kata kata dari bung Rocky Gerung
bahwa
“
Pembuat Hoax Tebaik adalah
Penguasa”
oseii
Tulisannya bagus dan dapat menjadi pedoman untuk pembaca 👍Memang komunikasi sosial perlu dilakukan melalui produksi dan penyebarluasan propaganda positif yang kuat.Oleh Karena itu mari menjadi warganet yang cerdas dengan literasi yang baik. Kita tangkal hoaks dengan memverifikasi setiap informasi sebelum disebarkan ulang.
BalasHapus