COVID 19 MAKIN GAWAT,PANGAN NASIONAL MENIPIS ,SAATNYA MASYARAKAT PAPUA KEMBALI KE PANGAN LOKAL (UBI DAN SAGU)


mama sedang bawa ubi dan hasil alam lainnya.

Pandemi virus corona atau covid 19 saat ini menyebar dengan cepat di seluruh dunia dan menyebabkan banyak korban berjatuhan di seluruh penjuru dunia  , hal ini menyebabkan banyak Negara atau wilayah menerapkan lockdown atau karantina  demi  bisa menekan dan  memutus rantai penyebaran virus corona  agar tidak menyebar dengan cepat dan menyebabkan banyak korban berjatuhan.
Akibatnya, dengan lockdown ini tebukti beberapa Negara berhasil melakukannya dan berhasil menekan rantai penyebaran virus corona, selain itu masalah lockdown ini telah  membuat ketahanan pangan di  setiap Negara di seluruh dunia mengalami penurunan atau menipis  dengan sangat cepat,akibatnya untuk sembako atau bahan makanan dan kebutuhan lainnya menjadi sulit didapat .   Tidak  terkecuali dengan Indonesia, Indonesia sendiri tidak terhindarkan dari penyebaran virus yang mengglobal ini,  dengan hal ini indonesia juga mengalami masalah pada ketahanan nasional , pemerintah Indonesia sendiri telah mengakui bahwa persedian stok beras masih aman  untuk beberapa bulan kedepan  hal itu di ungkapkan oleh direktur utama BULOG Budi Waseso , seperti dikutip dari detik.com “ sekarang Bulog sudah mengantisipasi itu,dengan BUMN pangan ,jadi untuk minyak ,daging,gula ,dan lainya siap”
Dia juga kembali mengingatkan dan memastikan bahwa stok pangan beras aman “ Bulog,khusunya beras ,aman dan lainya siap”
Tetapi persedian stok beras ini belum bisa dikatakan aman jika kita melihat penyebaran virus ini, karena saat ini kita tidak bisa memastikan kapan virus ini akan berakhir , karena hingga saat ini para ilmuwan masih kewalahan dalam menemukan vaksin untuk membunuh virus corona.

DAMPAK VIRUS CORONA BAGI MASYARAKAT PAPUA
Di Indonesia sendiri pemerintah provinsi Papua menjadi provinsi pertama di Indonesia yang menerapkan karantina wilayah atau lockdown dibanding provinsi lain di Indonesia dan di ikuti oleh beberapa wilayah adat yang ada di Papua seperti wilayah adat meepago dan lapago yang menutup jalur transportasi   ,lockdown di Papua  dilakukan setelah beberapa pasien dikatakan positif di Papua, hal ini bertentangan dengan pemerintah pusat di Jakarta yang meminta setiap pemerintah daerah untuk menunggu keputusan dari pusat atau presiden ,walaupun keputusan pemerintah provinsi Papua ini banyak terjadi pro dan kontra , tetapi saya sendiri secara pribadi sangat setuju dan mengapresiasi pemerintah provinsi Papua yang dengan  tegas dan berani menerapakan karantina wilayah , hal ini dapat dilihat kondisi Papua saat ini  yang hanya punya beberapa rumah sakit saja yang mempunyai rumah sakit bestandar nasional  dan banyak rumah sakit lain yang buruk dan  kekurangan insfratuktur , selain rumah sakit  adalah tenaga medis di papua juga sangat minim, bahkan dokter spesialis paru paru di Papua hanya ada 7 orang dokter spesialis paru paru di seluruh Papua  , Hinga hari ini  tanggal 24 april kasus covid 19 di Papua sebanyak 131 yang positif dan 35 pasien yang dikatakan  sembuh. selain itu   juga  pemerintah Provinsi Papua juga mengaku tidak mampu  mengatasinya ,  hal itu diungkapkan oleh jubir penanganan  covid 19 provinsi Papua  Silwanus Sumule,seperti dikutip dari tirto.id  
“ kami memang tidak mampu mengatasi kondisi begini, kami  punya banyak sekali keterbatasan”ungkapnya.


Kegiatan ekonomi di papua juga dikurangi , contohnya seperti di pasar, pasar hanya diperbolehkan beroperasi pukul 6 sampai 2 siang wit, dan dilanjutkan dengan pasar mama mama Papua yang di izinkan buka pukul 2 siang sampai 8 malam wit.
Dengan keterbatasan ekonomi ini pasti akan membuat penyaluran barang dari luar Papua yang masuk ke  Papua juga akan terhambat walaupun pemerintah provinsi Papua mengatakan akan mengizinkan kapal yang membawa bahan makanan dan sebagainya masuk ke papua, walaupun di izinkan tetap saja akan mengalami keterhambatan dan akan membuat stok persediaan bahan makanan menjadi kurang atau menipis.
Dengan persediaan beras dan bahan makanan lain yang akan menipis , seolah mengingatkan kepada masyarakat Papua untuk kembali berkebun atau  bercocok tanam dan kembali ke pangan lokal seperti ubi,sagu ,dan juga sayur sayuran ,karena selama ini kita sangat bergantung dengan pangan dari luar Papua seperti beras , bahkan banyak dari kita yang merasa tidak akan kenyang jika hanya makan ubi atau sagu saja, contoh yang disini saya bisa ambil  adalah saya sendiri, ketika makan ubi seolah itu seperti asing bagi saya ,karena selama ini kita sangat terbiasa dengan nasi dan makanan  lain yang didatangkan dari luar Papua. Karena kita tiap harinya sudah terbiasa dengan makanan yang didatangkan dari luar papua ,  Hal hal seperti  ini tidak lain adalah akibat dari pemerintah yang terlalu  memanjakan masyarakat dengan beras raskin  dan sebagainya yang membuat masyarakat hanya berharap kepada pemerintah tanpa harus susah payah bekerja di kebun untuk bercocok tanam. Pemikiran seperti inilah yang akhrinya membuat masyarakat menjadi jenuh untuk bercocok tanam dan hanya mengharapakan yang lebih dari pemerintah.
Padahal jika kita lihat kebelakang dulu kita bisa hidup hanya dengan mengandalkan hasil pangan lokal  dari alam Papua ,tanpa bergantung atau mengharapkan pangan dari luar Papua untuk memenuhi kehidupan kita sehari hari, untuk kembali menanamkan budaya bercocok tanam di Papua  saat ini juga akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Papua ,salah satu hal yang bisa dilakukan sama pemerintah saat ini adalah dengan membagikan bibit bibit tanaman ,alat alat berkebun ,dan sebagainya  kepada masyarakat di papua agar menggairakan kembali budaya bercocok tanam di Papua .
Disini maksud saya kembali bercocok tanam bukan berarti kita meninggalkan semua pangan yang didatangkan dari luar Papua ,tetapi sebaiknya kembali menggairahkan kembali budaya bercocok tanam yang saat ini hampir jarang ditemukan di Papua ini akan bagus bagi kehidupan yang akan datang agar kedepanya saat terjadi hal hal seperti yang terjadi sekarang ini kita siap untuk mengantisipasinya tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah. Selain itu hasil dari berkebun kita juga nantinya kita bisa jualkan  kembali untuk memperbaiki ekonomi kita dan juga banyak hal lain yang dapat kita lakukan dengan hasil alam yang kita peroleh.
Charles toto, jungle chef Papua  mengingatkan kepada pemerintah Papua dan Papua Barat agar membagikan bibit tanaman kepada kepada masyarakat , seperti dikutip dari suarapapua.com “ kita tidak tau kapan corona virus habis,jadi waktu sekarang ini waktu yang tepat untuk bisa bercocok tanam dan kembali kepada pangan lokal” katanya

Selain itu pemerintah pusat juga menyediakan sagu sebagai alternatif untuk antispasi kekurangan pangan , seperti dikutip dari  tirto.id , pemeritah  telah menyiapkan opsi pangan alternatif berupa sagu untuk mengantisipasi kekurangan pasokan beras.
Budi waseso mengatakan saat ini, bila kebutuhan beras dalam negeri tidak mencukupi, maka sulit mengandalkan impor, karena adanya persoalan produksi di negara asal impor beras.Pria yang akrab disapa Buwas mencontohkan negara seperti Vietnam dan Thailand sudah tidak lagi melakukan ekspor sebanyak dulu. Dengan demikian selagi bisa, kata dia, Bulog akan memaksimalkan penyerapan beras dalam negeri.
“Kalau kami biasa impor Thailand dan beberapa negara. Mereka sudah membatasi ekspor ke negara lain. Termasuk bapak ibu sekalian permasalahan pangan ini kami sudah mengolah pangan lain seperti tadi sagu,” ucap Buwas dalam rapat dengar pendapat (RDP) virtual bersama Komisi IV DPR RI, Kamis (09/04), lalu.
Sebagai antisipasi, divisi daerah (divre) Bulog, kata dia, sudah dikerahkan. Mereka sudah membuat persediaan sementara. “Kami sudah bekerja sama dengan beberapa komunitas petani di Indonesia Timur. Di mana divisi daerah kami sudah mulai menyerap sagu untuk kita simpan. Dicadangkan buat masyarakat konsumsi pangan lainnya,” ucap Buwas.
Dengan ini Indonesia timur menjadi tempat yang ditujukan pemerintah untuk menanam sagu  untuk antisipasi ketahanan pangan dalam nageri,hal ini tentunya sangat baik bagi para petani di Papua .

Hingga saat ini masyarakat di kabupaten jayawijaya telah memulai persiapan untuk untuk mencegah kelangkaan beras akibat covid 19 dengan menanam ubi jalar dan lain lain , mereka dengan inisiatif sendiri kembali ke kebun dan menanam ubi dan sayur.  hal ini patut dicontoh masyarakat Papua   di wilayah lainnya ,jika nantinya ketahan pangan menipis maka masyarakat sudah siap untuk mengantisipasinya dengan mengambil ubi dan sayur yang sudah tanam sebelumnya tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah ,ini akan menguntungkan baik pihak masyarakat maupun pemerintah,dengan masyarakat yang sudah siapkan ubi dan lainya untuk mengantisipasi ketahanan pangan,maka pemerintah hanya fokus kepada penangan pasien yang sudah terinfeksi covid 19 .
 
masyarakat di wamena sedang menanam ubi dan lainya guna mengantisipasi kelangkaan pangan

Dengan hal hal diatas ini sebenarnya banyak membawa dampak positif  terutama adalah tentang ketahanan pangan karena dengan pemerintah pusat menunjuk Indonesia timur sebagai lokasi penanaman sagu untuk antisipasi ketahanan pangan nasional ini  akan kembali menanamkan budaya menanam di Papua yang saat ini sangat jarang kita  jumpai karena ketergantungan kita  akan pangan dari luar Papua.

Harapan bagi pemerintah saat ini adalah jangan hanya membagikan sembako dan hal hal lainya kepada masyarakat tetapi pemerintah juga harus membagikan bibit tanaman baik itu ubi,sagu , alat kerja dan sebagainya agar masyarakat bisa memenuhi kebutuhan mereka dengan pangan lokal tanpa harus menunggu atau mengharapkan pangan dari luar Papua.


Oleh : OSEA PETEGE


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLUNYA PARTAI POLITIK LOKAL DI PAPUA

OTSUS DAN KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KUCURAN DANA OTSUS PAPUA

PROPAGANDA PEMERINTAH DAN PEMBANGUNAN “FIKTIF” DI PAPUA MELALUI MEDIA